Minggu, 28 November 2010

PENGARUH ETIKA KERJA ISLAM TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI DENGAN KOMITMEN PROFESI SEBAGAI VARIABELTERVENING (Studi Empiris Terhadap Internal Auditor Bank di Jawa Tengah)

Etika Kerja dan Etika Islam
Karl Bath mengungkapkan dalam Madjid (1992), Etika (ethos) adalah sebanding dengan moral (mos), di mana keduanya merupakan filsafat tentang adat kebiasaan (sitten). Sehingga secara umum etika kerja atau moral adalah filsafat, ilmu atau di siplin tentang tingkah laku manusia atau tindakan manusia. Dengan demikian persepsi umum secara sederhana atas pengertian etika hanya dianggap sebagai pernyataan benar atau salah serta baik atau buruk.
Burhanudin (1996), mengungkapkan bahwa Etika Islam bersumber pada firman Allah SWT yang autentik, yaitu Al Qur’an, Hadits yang merupakan contoh-contoh dari kehidupan Nabi Muhammad SAW, Ijma dan Qiyas. Bahwa hukum dan ketetapan etika itu dapat dijadikan pegangan dan pedoman hidup, itu hanya dapat diperoleh pada dasar-dasar moral yang ditetapkan oleh Allah SWT.
2.2. Etika Kerja Islam
Menurut Triyuwono (2000), bahwa tujuan organisasi menurut Islam adalah menyebarkan rahmat pada semua mahluk. Tujuan itu secara normatif berasal dari keyakinan Islam dan misi hidup sejati manusia. Tujuan itu, pada hakekatnya bersifat transedental karena tujuan itu tidak hanya terbatas pada kehidupan dunia individu, tetapi pada kehidupan sesudah dunia ini (akherat). Dalam pencapaian tujuan tersebut diperlukan peraturan etik untuk memastikan bahwa upaya yang merealisasikan baik tujuan utama maupun tujuan operatif adalah di jalan yang benar.
Diungkapkan juga oleh Triyuwono (2000), bahwa etika itu terekspresikan dalam bentuk syari’ah, yang terdiri dari Al Qur’an, Hadist, Ijma dan Qiyas. Etika merupakan sistem hukum dan moralitas yang komprehensif dan meliputi seluruh wilayah kehidupan manusia. Didasarkan pada sifat keadilan, etika syari’ah bagi umat Islam berfungsi sebagai sumber serangkaian kriteria-kriteria untuk membedakan mana yang benar (haq) dan mana yang buruk (batil).
Di dalam penelitian ini dimensi etika kerja Islam menggunakan 3 konstruk yang berpedoman pada surat Al Baqarah ayat 282 yang merupakan landasan kerja bagi auditor Islam yaitu pertanggungjawaban, keadilan, kebenaran (Muhamad, 2000)
2.3. Etika Kerja Islam dan Komitmen Profesi
Menurut Cohen et.al. (1980), setiap tindakan individu pertama-tama ditentukan oleh kebutuhannya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut, setelah berinteraksi dengan pengalaman-pengalaman pribadi dan sistem nilai individu, akan menentukan harapan-harapan atau tujuan-tujuan dalam setiap perilakunya, sebelum akhirnya individu tersbut menentukan tindakan apa yang akan dilakukan.
Komitmen profesi diartikan sebagai intensitas identifikasi dan keterlibatan kerja individu dengan profesi tertentu. Identifikasi ini membutuhkan beberapa tingkat kesepakatan dengan tujuan dan nilai profesi termsuk nilai moral dan etika (Mowday et.al, 1982). Menurut Aranya dan Ferris (1984), komitmen juga didefinisikan dalam literatur akuntansi sebagai berikut : (1) Suatu keyakinan dan penerimaan tujuan dan nilai suatu profesi, (2) Kemauan untuk memainkan upaya tertentu atas nama profesi, (3) Gairah untuk mempertahankan keanggotaan pada suatu profesi
Ponemon (1992) dalam Harsanti (2001) menyatakan bahwa komitmen profesi bisa dihasilkan dari proses akulturasi dan asimilasi pada saat masuk dan memilih untuk tetap dalam profesi yang bersangkutan dan juga menyimpulkan bahwa perilaku etik auditor berhubungan dengan tingginya komitmen auditor pada profesi. Dalam hal menjalankan profesi akan ada pertanggungjawaban tidak hanya pada pimpinan tetapi juga bertanggungjawab pada Allah, karena manusia hanya sekedar hamba-Nya dengan tujuan untuk mewujudkan keadilan sosio ekonomi di dunia dan di akherat (Burhanudin, 1996).
2.4. Etika Kerja Islam dan Komitmen Organisasi
Menurut Mowday, Porter dan Steers (1982) dalam Mas’ud (2002), komitmen didefinisikan sebagai 1) keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota suatu organisasi, 2) kemauan untuk berusaha dengan semangat yang tinggi (kerja keras) demi organisasi, 3) kepercayaan, penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi.
Penelitian yang dikaitan dengan etika dilaporkan Ludigdo dan Machfoedz (1999) bahwa tidak ada perbedaan persepsi terhadap etika bisnis yang signifikan antara akuntan pendidik, akuntan publik, dan akuntan pendidik sekaligus akuntan publik. Akuntan publik cenderung mempunyai persepsi yang paling baik dibandingkan yang lainnya. Orientasi etis auditor diketahui Shaub et.al., (1993) mempengaruhi tidak hanya sensitivitas etisnya, tetapi juga komitmen yang lebih tinggi tidak menghasilkan auditor yang sensitif secara etis.
Diungkapkan Yousef (2000), bahwa Oliver (1990) menemukan etika kerja mempunyai hubungan signifikan dengan komitmen organisasi; Skas et.al., (1996) menemukan bahwa keyakinan dalam etika kerja berhubungan langsung dengan komitmen organisasi, Putt et.al., (1989) melaporkan bahwa etika kerja intrinsik lebih erat hubungannya dengan komitmen organisasi dibandingkan etika kerja pengukur global (global measure), atau ekstrinsik etika kerja; Morrow dan Mc Elroy (1986) menegaskan bahwa terdapat hubungan yang positif antara etika kerja dengan komitmen organisasi.
2.5. Etika Kerja Islam terhadap Komitmen Organisasi melalui Komitmen Profesi
Menurut Fuad Mas’ud (2002), komitmen biasanya digunakan untuk menunjukkan ketaatan seseorang atau perasaan senang terhadap suatu obyek, orang lain, kelompok orang, cita-cita, kewajiban atau perkara atau tujuan. Lebih jauh dikatakan bahwa komitmen merupakan loyalitas karyawan terhadap organisasi dan proses yang terus menerus dimana karyawan akan menunjukkan dan mengekpresikan “perhatian atau hal-hal yang dinilai penting” mereka terhadapa organisasi
Organisasi mempunyai tujuan yang serupa dengan tujuan profesi, konsekuensinya internal auditor yang menerapkan etika kerja dengan benar akan lebih berkomitmen pada tujuan dan standar yang ditetapkan organisasi (Shaub et.al,1993)
Hal ini didukung oleh pernyataan Khomsiyah dan Indriantoro (1997), bahwa auditor yang idealis yang benar-benar-benar memahami aturan, norma dan nilai-nilai etika sekaligus menjalankan dengan baik cenderung akan bersedia mempertahankan standar ideal etika profesi dan organisasi, sehingga akan lebih mudah berkomitmen pada profesi dan organisasinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar